pondokpapan.com – Dalam wawancara dengan The Times of London, sutradara sekaligus co-CEO DC Studios, James Gunn, menyatakan bahwa Superman bukan simbol nasional Amerika, tapi “cuma imigran” yang berpindah dari planet ke planet, kemudian tinggal di Amerika. Klaim ini memantik debat sengit karena menegaskan imigran sebagai simbol dasar protagonis superhero besar. Artikel ini mengupas maksud Gunn, reaksi publik dan pengaruhnya terhadap citra DCU, serta implikasi budaya di Indonesia.
Maksud James Gunn soal “Superman cuma imigran”
James Gunn menjelaskan bahwa Superman adalah metafora bagi perjalanan imigran: datang dari luar, menyesuaikan diri, lalu berkontribusi—”Itu cerita Amerika,” katanya.
Dia menyebut karakter itu tidak dipenuhi jargon jingoistik, tetapi menunjukkan “kebaikan dasar manusia” yang kadang dianggap kuno atau ‘uncool’. Gunn mengatakan: “Yes, it plays differently… but it’s about human kindness”.
Sebagai pembanding, dia menyatakan versi ini jauh dari Superman ideal “truth, justice, and the American way,” dan menekankan nilai moral dan imigrasi sebagai motif utama.
Proporsi politik, imigrasi & citra Superman
Gunn terang-terangan menyebut film barunya “about politics, immigration, and decline of American kindness”, dan mengaku siap dengan kritik: “screw them” bagi yang merasa tersinggung.
Film ini juga memperlihatkan Superman terluka, rapuh, dan bertahan dalam kondisi “battered” – ini gambaran Amerika yang “battered,” bukan chest-beating hero yang tak tergoyahkan.
Namun keberpihakan pada imigran biarpun kontroversial juga bisa jadi penguat citra Superman sebagai figur global—dia bukan hanya pahlawan AS, tapi pahlawan dunia.
Reaksi Publik & Debat Budaya
Publik media sosial dan fans DC terbelah. Banyak yang apresiasi simbolisme imigran sebagai identifikasi modern. Seperti pengguna Reddit:
“Superman is such a good immigrant story… people are yearning to feel hope again”
Sementara kritikus konservatif khawatir film terlalu politis dan menjauh dari DNA klasik sang tokoh: aksi heroik dan moral absolut. Kritikus merujuk nada “political progressive parable” yang dinilai bisa memecah audiens.
Beberapa fans mengkritik bahwa karakter ini makin kehilangan “spirit AS”-nya karena terlalu menekankan kebaikan universal ketimbang patriotisme.
Superman Sebagai Alegori Imigrasi
Konsep Superman sebagai sosok imigran bukan baru. Sejak lama ia jadi alegori tentang “dual identity” dan asimilasi, menggema di berbagai budaya—Jewish, Irish, Chinese alike.
Gagasan ini makin diperkuat oleh novel grafis Superman Smashes the Klan, yang menyorot konflik identitas imigran sebagai inti cerita.
Gunn mengonfirmasi menghindari clichéd origin, malah mulai saat Clark sudah aktif jadi Superman, untuk lebih mendalami isu warga asing dan penerimaan mereka oleh masyarakat.
Implikasi di Era DCU “Gods & Monsters”
Film Superman (2025) adalah romper pertama DCU era baru “Gods & Monsters”, yang menekankan narasi bermuatan nilai dan sosial nyata.
Gunn tampaknya ingin menetapkan dasar moral yang kuat dan kekinian: Superman sebagai simbol inklusif, bukan ikon nasionalis yang berat sebelah.
Model ini juga berlanjut di proyek lain—misalnya Lanterns, Supergirl, dan Peacemaker Season 2—mempertahankan keseimbangan antara moral heroik dan isu kontemporer.
Rencana Gunn & Masa Depan Superman
Gunn menyatakan tidak akan membuat origin story—kita langsung masuk ke Superman yang sudah menjalani tugas, untuk menjaga fokus pada diplomasi imigrasi dan moralitas super hero.
Dia ingin menunjukkan sisi manusiawi Superman: rentan, butuh bantuan, tapi tetap representasi moral yang bijak—hal yang jarang terekspos di versi terdahulu.
Seluruh ini akan diuji publik saat film tayang 11 Juli 2025—akan menarik melihat apakah pesan universal “imigran + kebaikan dasar manusia” bisa menyatukan atau justru memicu polarisasi lebih lanjut.
James Gunn menegaskan Superman bukan lagi superhero identik AS, melainkan “cuma imigran”—simbol global terhadap beranjaknya manusia dan nilai universal. Ini pergeseran budaya yang disengaja untuk menciptakan narasi DCU modern: moral, inklusif, dan relevan.