Alasan Pembatalan Jakarta Muharram Festival & Car Free Night
pondokpapan.com – Pemprov DKI Jakarta memutuskan membatalkan rangkaian acara Jakarta Muharram Festival, termasuk uji coba Car Free Night (CFN) yang semula direncanakan pada Sabtu malam, 5 Juli 2025. Keputusan ini diambil pada Jumat (4/7) karena dipandang berpotensi mengganggu arus lalu lintas di kawasan pusat kota—terutama sekitar Bundaran HI dan MH Thamrin hingga Monas.
Staf Khusus Gubernur DKI Bidang Komunikasi Publik, Chico Hakim, menjelaskan bahwa pembatalan hanya menyasar “konsep acara skala besar”—bukan peringatan Tahun Baru Islam 1 Muharram secara umum. Peringatan tetap didorong dilaksanakan secara sederhana di tingkat komunitas dan kelurahan.
Arus lalu lintas menjadi perhatian utama. Dishub dan tim lalu lintas Balai Kota menegaskan bahwa uji coba CFN akan mengganggu mobilitas warga pada jam aktif malam hari. Dengan mempertimbangkan keseluruhan situasi, Pemprov memilih membatalkan demi menjaga kelancaran aktivitas masyarakat malam itu.
Kejadian di Bundaran HI: Panggung Masih Berdiri Tegak
Walau acara besar dibatalkan, sejumlah pekerja masih melakukan pemasangan panggung dan tenda besar di Bundaran HI. Panggung menghadap Monumen Selamat Datang, lengkap dengan tiang besi, triplek, kabel, dan tenda lingkungan yang sudah siap dipakai.
Petugas bahkan menyatakan bahwa panggung tak akan dibongkar malam ini karena masih akan dipakai untuk acara lain pihak Pemprov pada Minggu. Aktivitas di area trotoar dan jalan MH Thamrin tetap berjalan meski ada kabel dan peralatan, serta lalu lintas tetap lancar.
Artinya, meski konsep festival dibatalkan, infrastruktur pendukung seperti panggung dan listrik tetap digunakan untuk kebutuhan lain—menunjukkan perencanaan acara belum sepenuhnya dibatalkan, hanya digeser waktunya.
Rencana Lanjutan: Karnaval Budaya di Minggu
Menurut petugas di lokasi, panggung besar itu masih akan digunakan saat Karnaval Budaya yang direncanakan digelar di tempat sama pada hari Minggu. Acara ini menjadi bagian dari agenda lanjutan pasca pembatalan Muharram Festival.
Pemprov DKI disebut memilih mempertahankan konsep acara publik di Bundaran HI, namun menggantinya dengan bentuk kegiatan budaya yang lebih ringkas, demi meminimalkan dampak lalu lintas dan tetap mendorong perayaan bersama. Masyarakat pun diimbau tetap memeriahkan momen keagamaan secara lokal, sambil menunggu informasi resmi soal pelaksanaan acara publik alternatif tersebut.
Implikasi dan Reaksi Publik
Pembatalan serta keputusan tetap melanjutkan panggung memicu pertanyaan publik soal koordinasi antar dinas dan efisiensi anggaran. Beberapa netizen mempertanyakan kenapa infrastruktur tetap didirikan meski acara dibatalkan mendadak.
Beberapa pihak menyebut hal ini menunjukkan lemahnya sinkronisasi antara Dishub, Dinas Kebudayaan, dan penyelenggara utama. Warga juga berharap agar informasi perubahan jadwal dan rencana cadangan disampaikan lebih awal.
Di sisi lain, pendukung keputusan menilai ini langkah bijak: melindungi mobilitas warga, menekan risiko kemacetan, sambil tetap menghadirkan kegiatan budaya alternatif.
Prosedur Resmi dan Koordinasi Antar Dinas
Dalam sistem tata kelola kota, event seperti Muharram Festival melalui prosedur izin bersama Dishub, Satpol PP, dan Dinas Pariwisata/Budaya. Setelah evaluasi potensi kemacetan, Dishub memberi rekomendasi pembatalan CFN dan penutupan jalan. Setelah evaluasi dilakukan, final approval datang dari Gubernur via staf khusus. Pihak pelaksana harus menyiapkan infrastruktur cadangan seperti panggung dan listrik bagi acara lain, sesuai rencana kontinjensi internal.
Meskipun Jakarta Muharram Festival batal, panggung dan kesiapan infrastruktur tak langsung dibongkar—menunjukkan arah rencana acara dialihkan, bukan sepenuhnya dibatalin. Panggung besar di Bundaran HI tetap difungsikan untuk keperluan Karnaval Budaya pada Minggu, sekaligus menandai transisi strategi acara publik Pemprov.