Ketua Komisi I DPR Sebut Mayoritas Calon Dubes adalah Diplomat Karier
pondokpapan.com – Ketua Komisi I DPR, Sukamta (PKS), mengonfirmasi bahwa dari 24 calon Duta Besar (Dubes) RI yang diajukan Presiden, mayoritas berasal dari korps diplomat karier Kementerian Luar Negeri. Artinya, para kandidat bukan sekadar politisi atau figur publik, tetapi profesional yang telah meniti jenjang karier di dunia diplomasi.
Menurutnya, ada penggolongan berdasarkan tingkat nilai strategis negara tujuan, namun semua calon tetap memiliki kedudukan yang setara dalam tata diplomasi Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa pemerintah memilih figur berpengalaman yang dinilai mampu menjalankan visi presiden di panggung global.
Saat menerima surat presiden (surpres) di rapat paripurna DPR, proses pengajuan 24 calon dubes ini masuk tahap lanjutan: Komisi I akan melakukan uji kelayakan dan kepatutan (fit and proper test) sebelum pengesahan ke paripurna berikutnya—diperkirakan pekan depan Dalam pernyataannya, Sukamta menyampaikan bahwa hasil uji tersebut akan disimpulkan dalam rapat internal sore harinya sebelum diserahkan ke pimpinan untuk dibawa ke paripurna.
Wakil Ketua Komisi I lainnya, Budisatrio Djiwandono (Gerindra), menambahkan bahwa semua calon dubes harus selaras dengan visi presiden dan politik luar negeri Indonesia. Dia optimistis para kandidat sangat mumpuni secara individu dan didukung pengalaman di negara tujuan mereka.. Ini menjadi indikator kuat bahwa DPR dan pemerintah mengutamakan kapabilitas profesional di sektor diplomasi.
Fit and Proper Test: Teknis Uji Profesional
Fit and proper test calon dubes berlangsung dalam dua sesi dan akan selesai dalam waktu satu minggu, sesuai arahan Wakil Ketua DPR Dave Laksono (Golkar) . Tes tersebut mencakup wawasan politik luar negeri, visi kandidat untuk diplomasi di negara tujuan, serta strategi proteksi dan promosi WNI.
Wakil Ketua Komisi I Budi Djiwandono menjelaskan bahwa Komisi I mendalami pengalaman kandidat, cara berhubungan dengan negara sahabat, serta kemampuan mempromosikan kerja sama di berbagai sektor seperti ekonomi, budaya, dan pendidikan. Uji kelayakan ini dilakukan secara proses internal tertutup, sesuai protokol DPR, untuk menjaga fokus substansi.
Para kandidat hadir dari berbagai latar: diplomat karier, mantan politisi, purnawirawan militer. Tetapi seperti diingatkan Liputan6 dan Kompas, dominasi diplomat karier mencapai sekitar 25 dari 31 dubes yang dilantik Maret lalu. Enam lainnya berasal dari politisi, militer, dan pakar. Hal ini memberi gambaran kuat bahwa mayoritas calon saat ini memang berlatar profesional diplomasi.
Kinerja & Kontribusi Diplomat Karier
Diplomat karier terbukti membawa kematangan institusional. Contoh: Faizal Chery Sidharta, lulusan UI dan diplomat sejak 1999, kini menjabat Dubes RI untuk Ethiopia dan punya pengalaman menangani isu pengungsi dan keamanan regional.
Pengalaman bertugas di Jerman, kerja sama multilateral di Jenewa, hingga pengelolaan isu imigrasi membuat diplomat seperti Faizal mampu mewakili Indonesia dengan efektif di global forum.
Pakar hubungan internasional seperti Teuku Rezasyah menyoroti pentingnya diplomat karier untuk menjaga keberlanjutan kebijakan luar negeri, karena mereka telah dibentuk lewat jenjang detil dan pelatihan intensif. Inilah alasan utama mayoritas calon dubes dipilih dari kalangan diplomat.
Namun, kandidat non-karier seperti politisi atau militer memiliki kelebihan tersendiri, misalnya jaringan politik dan militansi di sektor strategis. Meski demikian, Komisi I DPR menekankan bahwa semua calon harus memenuhi standar objektif dan independen—jika tidak, mereka siap memberi catatan kepada presiden.
Perspektif Komisi I dan DPR
Sukamta menyebut bahwa diplomasi berjenjang dan kehidupan internasional menuntut standar tinggi; walaupun dikelompokkan, tidak ada perbedaan derajat antara dubes untuk negara besar atau kecil. Ini menekankan prinsip kesetaraan dalam diplomasi: setiap negara sahabat punya peran penting dalam rangka kebijakan luar negeri Indonesia.
Budi Djiwandono menekankan kandidat harus bisa menerjemahkan visi Presiden—dalam hal ini Presiden Prabowo Subianto—ke masing-masing negara, terutama terkait geopolitik global seperti konflik Rusia-Ukraina, persaingan antara China dan AS, serta peran strategis Indonesia di ASEAN. Ini menunjukkan pola pertimbangan fit and proper DPR sesuai dengan dinamika global.
Selain aspek politis, Komisi I juga mengecek kesiapan kandidat menghadapi tantangan diplomatic seperti pandemi, konflik regional, dan perlindungan WNI di luar negeri. Semua itu menjadi tolok ukur “kelas berat” dari para calon — sesuai dengan focus keyphrase kita: mayoritas calon dubes diplomat karier yang profesional.
Mayoritas calon dubes RI yang diuji Komisi I DPR patut disebut diplomat karier kelas berat: berasal dari korps diplomat, punya pengalaman internasional solid, dan diuji melalui fit and proper ketat. Ini mencerminkan arah kebijakan diplomasi yang kompeten dan konsisten.